<< Halaman sebelumnya
Setelah menyimak Masjid Raya Baiturrahman, Aceh juga memiliki tempat wisata yang sarat akan nilai sejarah besar lainnya.
4. Museum Tsunami
Museum rancangan Arsitek ITB bernama Ridwan Kamil ini berdiri megah di kota Banda Aceh seolah menceritakan tragedi rakyat Aceh tahun 2004 silam, ketika terjangan gelombang tsunami melenyapkan Kota Banda Aceh, jika anda berkunjung ke Museum ini anda akan dapat merasakan sebuah kekuatan yang dapat mengisahkan penderitaan para korban.
Ketika masuk ke dalam melalui sebuah lorong gelap dengan deburan gelombang dan efek air jatuh, mungkin efek ini tidak akan menguntungkan bagi anda yang memiliki phobia gelap atau memiliki trauma Tsunami ataupun gelombang air lainnya. setelah berjalan dilorong gelap anda akan tiba di sebuah ruang penentuan nasib (Fighting room), ruangan yang berbentuk cerobong ini akan merefleksikan perjuangan korban melawan maut, dimana mereka pasrah dalam terjangan ombak ganas tersebut, namun jika memiliki pengharapan kepada Sang Pencipta maka mereka akan selamat dari maut yang direfleksikan dengan tulisan ALLAH dimulut cerobong tersebut.
Pengharapan dan perjuangan yang tidak sia-sia akan membawa anda ke sebuah jalan keselamatan hal ini direfleksikan dengan perjalanan memutari jalan keluar dari cerobong hingga tiba di Jembatan Harapan (Hope Bridge). Setelah keluar dari cerobong, anda akan melihat bendera 52 negara yang menggambarkan harapan uluran tangan dari mereka. Setelah keluar dari sana anda dapat menyaksikan pemutaran film tsunami selama 15 menit saat gempa tsunami terjadi saat itu. Banyak hal berharga yang bisa didapat dalam museum ini termasuk simulasi 4D gempa tsunami dan artefak-artefak tragedi 2004 silam lainnya.
5. Rumah Cut Nyak Dien
Tempat wisata yang satu ini mengingatkan kita pada sejarah perjuangan seorang pejuang wanita heroik yang berasal dari Kesultanan Aceh masa itu, rumah kediaman beliau yang kini dijadikan sebagai museum terletak di Jalan Banda Aceh-Meulaboh, Desa Lampisang, Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar berjarak 6 km dari Banda Aceh. Meski rumah berstruktur bangunan tradisional Aceh ini sempat dibakar oleh pasukan Belanda pada tahun 1893 hingga menyisakan sebagian besar pondasi, namun setelah kemerdekaan Indonesia, rumah tersebut kembali di bangun sekitar permulaan tahun 1980-an dan kini menjadi museum kebanggan rakyat Aceh.
Selain mengenang jasa perjuangan Cut Nyak Dien dan suaminya Teuku Umar, museum ini menjadi salah satu destinasi wisata, rumah hasil replika ini masih menyerupai bentuk aslinya, tampak jelas sebuah rumah bangsawan Aceh yang meninggalkan sejarah panjang. Didalam rumah tersebut terdapat beberapa 65 pilar penyanggah dengan atap rumbia, dilengkapi dengan tangga berjumlah ganjil menuju seuramoe rambat, jika masuk ke sisi kanan akan terlihat sejumlah foto tokoh penting dimasa itu walaupun foto tersebut hanya copy-an dari aslinya yang dibawa Belanda ke negara mereka pada masa itu.
Saat berjalan ke ruangan tengah anda akan menemukan tempat tidur para dayang-dayang Cut Nyak Dien dan sementara bilik tidur beliau terdapat di sisi kiri seuramoe rambat. Rumah yang masih terawat ini memiliki dapur dan set meja makan serta senjata tadisional Aceh (rencong) yang digunakan untuk melawan para penjajah dimasa itu.
Diluar dapur terdapat sebuah titian sepanjang 2 meter menuju sumur yang memiliki dinding yang cukup tinggi guna menghindari musuh memasukkan racun kedalam sumur tersebut. Sementara dibagian lain terdapat beberapa kursi dan meja dengan jumlah yang cukup banyak, yang sering digunakan untuk menjamu tamu yang datang kerumah Cut Nyak Dien.
Rumah Srikandi Indonesia ini menjadi tempat wisata sejarah terkemuka di tanah Aceh.
laman Selanjutnya>>
Setelah menyimak Masjid Raya Baiturrahman, Aceh juga memiliki tempat wisata yang sarat akan nilai sejarah besar lainnya.
4. Museum Tsunami
Gedung Museum Tsunami Aceh |
Museum Tsunami tampak atas |
Museum rancangan Arsitek ITB bernama Ridwan Kamil ini berdiri megah di kota Banda Aceh seolah menceritakan tragedi rakyat Aceh tahun 2004 silam, ketika terjangan gelombang tsunami melenyapkan Kota Banda Aceh, jika anda berkunjung ke Museum ini anda akan dapat merasakan sebuah kekuatan yang dapat mengisahkan penderitaan para korban.
Lorong gelap tsunami |
Ketika masuk ke dalam melalui sebuah lorong gelap dengan deburan gelombang dan efek air jatuh, mungkin efek ini tidak akan menguntungkan bagi anda yang memiliki phobia gelap atau memiliki trauma Tsunami ataupun gelombang air lainnya. setelah berjalan dilorong gelap anda akan tiba di sebuah ruang penentuan nasib (Fighting room), ruangan yang berbentuk cerobong ini akan merefleksikan perjuangan korban melawan maut, dimana mereka pasrah dalam terjangan ombak ganas tersebut, namun jika memiliki pengharapan kepada Sang Pencipta maka mereka akan selamat dari maut yang direfleksikan dengan tulisan ALLAH dimulut cerobong tersebut.
Daftar nama-nama korban & Lafadz ALLAH |
5. Rumah Cut Nyak Dien
Rumah Cut Nyak Dien |
Tempat wisata yang satu ini mengingatkan kita pada sejarah perjuangan seorang pejuang wanita heroik yang berasal dari Kesultanan Aceh masa itu, rumah kediaman beliau yang kini dijadikan sebagai museum terletak di Jalan Banda Aceh-Meulaboh, Desa Lampisang, Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar berjarak 6 km dari Banda Aceh. Meski rumah berstruktur bangunan tradisional Aceh ini sempat dibakar oleh pasukan Belanda pada tahun 1893 hingga menyisakan sebagian besar pondasi, namun setelah kemerdekaan Indonesia, rumah tersebut kembali di bangun sekitar permulaan tahun 1980-an dan kini menjadi museum kebanggan rakyat Aceh.
Selain mengenang jasa perjuangan Cut Nyak Dien dan suaminya Teuku Umar, museum ini menjadi salah satu destinasi wisata, rumah hasil replika ini masih menyerupai bentuk aslinya, tampak jelas sebuah rumah bangsawan Aceh yang meninggalkan sejarah panjang. Didalam rumah tersebut terdapat beberapa 65 pilar penyanggah dengan atap rumbia, dilengkapi dengan tangga berjumlah ganjil menuju seuramoe rambat, jika masuk ke sisi kanan akan terlihat sejumlah foto tokoh penting dimasa itu walaupun foto tersebut hanya copy-an dari aslinya yang dibawa Belanda ke negara mereka pada masa itu.
Saat berjalan ke ruangan tengah anda akan menemukan tempat tidur para dayang-dayang Cut Nyak Dien dan sementara bilik tidur beliau terdapat di sisi kiri seuramoe rambat. Rumah yang masih terawat ini memiliki dapur dan set meja makan serta senjata tadisional Aceh (rencong) yang digunakan untuk melawan para penjajah dimasa itu.
Diluar dapur terdapat sebuah titian sepanjang 2 meter menuju sumur yang memiliki dinding yang cukup tinggi guna menghindari musuh memasukkan racun kedalam sumur tersebut. Sementara dibagian lain terdapat beberapa kursi dan meja dengan jumlah yang cukup banyak, yang sering digunakan untuk menjamu tamu yang datang kerumah Cut Nyak Dien.
Rumah Srikandi Indonesia ini menjadi tempat wisata sejarah terkemuka di tanah Aceh.
laman Selanjutnya>>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar